Dari Hutan Jambi, Madu Alam yang Semanis Kesuksesan: Kisah Petani Binaan PT WKS Raup Cuan Lebih
Laporan Sungai Penuh- Di tengah gemericik air Danau Lamo dan rimbunnya hutan di Distrik VII PT Wirakarya Sakti (WKS), Kabupaten Muaro Jambi, lebah-lebah pekerja sibuk mengumpulkan nektar. Mereka tak hanya menghasilkan madu alam berkualitas tinggi, tetapi juga menjadi simbol harapan baru bagi puluhan petani lokal yang kini menikmati manisnya kesuksesan berkat program Desa Makmur Peduli Alam DMPA dari PT WKS, unit usaha APP Group.

Baca Juga : Merampok dengan Parang, Pemuda 23 Tahun dari Bungo Diciduk Polisi Tebo
Program pemberdayaan masyarakat sekitar hutan ini tidak hanya sekadar memberikan bantuan, tetapi juga menciptakan ekosistem usaha yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu cerita suksesnya datang dari Kelompok Tani Berkah Abadi di Desa Danau Lamo, yang telah mengubah hobi beternak lebah menjadi sumber penghasilan yang signifikan.
Perjalanan dari 150 Kotak menjadi Ribuan Kotak Lebah
Bustomi, Ketua Kelompok Tani Berkah Abadi, dengan bangga bercerita tentang perjalanan kelompoknya. Sejak berdiri lima tahun lalu, kelompok yang awalnya hanya terdiri dari beberapa orang, kini telah berkembang menjadi 25 anggota yang semuanya warga Desa Danau Lamo.
“Dulu kami hanya mencoba-coba. Tapi berkat dukungan PT WKS, kami sekarang punya empat lokasi budidaya lebah yang tersebar di area perusahaan,” ujar Bustomi.
Awalnya, PT WKS membantu menyediakan 150 kotak lebah dan lokasi budidaya. Kini, jumlah kotak lebah telah berkembang pesat menjadi hampir ribuan kotak, tersebar di beberapa titik di Distrik VII. Pihak perusahaan juga memfasilitasi pelatihan dengan mengajak petani belajar langsung ke kelompok petani madu yang lebih berpengalaman.
Panen Setiap 21 Hari, Produksi Capai 1,7 Ton
Siklus panen madu biasanya berlangsung setiap 21 hari sekali, sangat bergantung pada kondisi cuaca. Pada panen terakhir, kelompok ini berhasil memproduksi sekitar 262 kilogram madu murni. Dengan harga jual rata-rata Rp 20.000 per kilogram, setiap panen memberikan pemasukan yang cukup besar.
“Pernah sekali waktu, kami mencapai produksi tertinggi hingga 1,7 ton. Saat itu, kebahagiaan kami benar-benar tak terkira,” kenang Bustomi dengan senyum lebar.
Pasar Luas: dari Jambi hingga Jawa
Madu hasil produksi Kelompok Tani Berkah Abadi telah menembus pasar di berbagai daerah. Mulai dari Jambi, Riau, Palembang, Medan, hingga ke Jawa.
Meski begitu, usaha budidaya lebah ini telah memberikan tambahan pendapatan yang sangat berarti bagi seluruh anggota kelompok dan keluarga mereka.
Dampak Positif bagi Lingkungan dan Ekonomi
Taufik Qurochman, Kepala Humas PT WKS, menekankan bahwa program budidaya madu ini adalah bagian dari komitmen besar DMPA yang dijalankan di desa-desa binaan perusahaan. Di Distrik VII saja, terdapat 17 desa, dan empat di antaranya memiliki potensi sangat besar untuk budidaya madu, terutama Desa Danau Lamo dan Desa Suka Maju.
“Budidaya lebah madu adalah usaha yang ramah lingkungan. Tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, dan yang terpenting, dapat mencegah masyarakat membuka lahan dengan cara merambah kawasan hutan,” jelas Taufik.
Dia menambahkan, selain menyediakan lokasi dan kotak lebah di tahap awal, PT WKS juga membantu akses transportasi dan pemasaran.
Harapan di Masa Depan
Program budidaya madu di Desa Danau Lamo telah berjalan sejak 2020, di masa pandemi COVID-19 yang sulit. Namun, justru di saat itulah ketahanan komunitas dan dukungan perusahaan diuji. Kini, usaha tersebut terus menunjukkan perkembangan positif.
Dengan begitu, madu alam Danau Lamo tidak hanya dikenal di skala regional, tetapi juga mampu bersaing di pasar nasional. Dari hutan Jambi, madu bukan hanya menghasilkan cuan, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.




