Dugaan Penganiayaan di Lingkungan Pendidikan: Pensiunan Guru Laporkan Plt. Kepala Sekolah ke Polisi
Laporan Sungai Penuh- Sebuah insiden yang menciderai martabat dunia pendidikan terjadi di Siulak Gedang, Kerinci, Jambi. Seorang pensiunan guru berinisial R (60 tahun) justru menjadi korban dugaan penganiayaan fisik yang diduga dilakukan oleh Pelaksana Tugas Plt. Kepala Sekolah berinisial SW. Ironisnya, peristiwa memilukan ini terjadi justru ketika R sedang mengurus administrasi pensiun suaminya.

Baca Juga : BKSDA Jambi dan REKI Sukses Lepasliarkan Dua Beruang Madu di Hutan Harapan
Urus Pensiun Suami, Berujung Luka dan Derita
Menurut penuturan Aldiwan Haira Putra, anak kandung korban, insiden ini berawal ketika ibunya datang ke sekolah tempatnya dahulu mengabdi. Kedatangan R untuk mengurus surat-surat yang diperlukan bagi pensiun suaminya yang tinggal lima bulan lagi. Namun, niat baik itu ternyata tidak disambut dengan pelayanan yang semestinya.
“Ibu datang dengan niat yang sangat sederhana, hanya ingin menyelesaikan urusan administrasi pensiun ayah. Namun, ia merasa tidak dilayani dengan baik,” ujar Aldiwan, suara penuh keprihatinan terasa dalam setiap katanya.
Karena merasa prosesnya tidak jelas dan tidak dilayani, R akhirnya mengambil inisiatif sendiri untuk mencari dokumen yang dibutuhkan di dalam lemari sang Plt. Kepala Sekolah. Tindakan inilah yang diduga memicu kemarahan SW.
“Sudah dapat suratnya, Plt. kepala sekolah ini langsung marah besar. Sepertinya beliau merasa tersinggung karena lemari pribadinya dibuka tanpa izin,” lanjut Aldiwan.
Dugaan Penganiayaan dan Luka yang Diderita
Ketegangan pun memuncak. Aldiwan menceritakan bahwa ibunya sempat melontarkan ucapan, “Baru jadi Plt. aja sudah kayak gini.” Ucapan itu diduga menyentuh harga diri SW hingga menyebabkan emosinya meledak.
Tragisnya, kekerasan fisik diduga terjadi justru ketika R telah berusaha menghindar dan berjalan menuju mobilnya. “Saat ibu saya sudah menuju ke mobil, dia (SW) malah mengejar, berlari, dan kemudian memukul. Kejadiannya sampai berdarah-darah. Ada cakaran yang menyebabkan luka di hidung, memar di tangan, dan di sekitar mata,” tutur Aldiwan dengan jelas, menggambarkan kekerasan yang dialami sang ibu.
Tak terima melihat ibunya diperlakukan secara tidak manusiawi, keluarga pun mengambil langkah tegas. R langsung melaporkan peristiwa ini kepada Kepolisian Sektor (Polsek) Gunung Kerinci untuk meminta keadilan. Sebagai bukti yang kuat, R juga telah menjalani pemeriksaan visum et repertum yang hasilnya akan memperkuat laporan polisi.
“Kami sebagai keluarga meminta kepada pihak kepolisian untuk menyelesaikan laporan ini secara profesional, transparan, dan adil. Kami percaya proses hukum akan berjalan sebagaimana mestinya,” tegas Aldiwan.
Polisi: Laporan Sedang Dalam Proses Penyidikan
Konfirmasi mengenai laporan ini diperoleh dari Kasat Reskrim Polres Kerinci, AKP Very Prasetyawan. Dia membenarkan bahwa laporan dari pihak korban telah diterima dan dicatat oleh Polsek Gunung Kerinci.
“Iya, laporan tersebut sudah masuk. Saat ini kasusnya sedang dalam proses penyelidikan lebih lanjut,” kata AKP Very Prasetyawan singkat.
Kejadian ini tentunya menyisakan pilu dan tanda tanya besar bagi masyarakat, terutama tentang etika dan kesantunan di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi contoh teladan. Publik kini menunggu proses hukum yang akan menentukan duduk perkara dan keadilan bagi sang pensiunan guru.




