Hidup Berdampingan dengan Sampah: Kisah Pilu Warga di Bantaran Sungai yang Terancam Penyakit dan Banjir
Sungai Penuh, Jambi – Setiap pagi, Ibu Siti (45 tahun) harus menahan bau menyengat saat membuka jendela rumahnya. Bukan bau tanah atau pepohonan yang ia hirup, melainkan aroma busuk dari tumpukan sampah yang menggunung di sungai tepat di depan rumahnya. Sudah lebih dari 10 tahun ia dan keluarganya hidup berdampingan dengan sungai penuh sampah yang berubah menjadi tempat pembuangan sampah liar.
Sungai Penuh Sampah yang Berubah Menjadi “Tempat Sampah Raksasa”
Sungai yang dulu jernih dan menjadi sumber kehidupan warga kini berubah menjadi ancaman. Sampah rumah tangga, plastik, hingga limbah industri memenuhi aliran air, menyumbat saluran, dan menjadi sarang penyakit.
“Kalau musim hujan, air meluap dan masuk ke rumah kami. Tapi yang lebih parah, sampah-sampah itu ikut terbawa banjir. Kami sering sakit kulit dan diare,” keluh Ibu Siti sambil menunjukkan ruam di kaki anak bungsunya.
Ancaman Banjir yang Tak Pernah Berakhir
Bukan hanya penyakit, warga juga hidup dalam ketakutan akan banjir. Setiap kali hujan deras, air sungai yang tersumbat sampah meluap dengan cepat, merendam puluhan rumah di sekitarnya.
Bapak Joni (50 tahun), tetangga Ibu Siti, bercerita bahwa banjir tahun lalu menghanyutkan perabotan rumahnya. “Kami sampai mengungsi selama seminggu. Pemerintah bilang akan membersihkan sungai, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan nyata,” ujarnya dengan nada frustrasi.
Upaya Warga yang Tak Pernah Cukup untuk Sungai Penuh Sampah
Beberapa warga sebenarnya telah berinisiatif membersihkan sungai secara mandiri. Mereka membentuk kelompok kerja dan bergantian mengambil sampah menggunakan perahu kecil. Namun, usaha mereka seperti menegakkan benang basah.
“Kami sudah sering bersih-bersih, tapi sehari kemudian sampah menumpuk lagi. Banyak orang masih buang sampah sembarangan, bahkan ada truk yang diam-diam membuang sampah malam hari,” kata Rudi (32 tahun), salah seorang pemuda yang aktif dalam kegiatan bersih-bersih.

Baca juga: Muara Sungai Penuh Sampah dan Bangkai, Warga Polewali Mandar Resah
Dinas Lingkungan Hidup Berjanji Akan Bertindak terhadap Sungai Penuh Sampah
Ketika dikonfirmasi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Sungai Penuh mengaku telah menyusun rencana penanganan.
“Kami sedang mengajukan anggaran untuk program pembersihan sungai secara berkala dan pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu. Namun, kami juga membutuhkan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke sungai,” jelasnya.
Anak-Anak yang Terancam Masa Depannya
Dampak paling memilukan dirasakan oleh anak-anak. Mereka tidak hanya terancam kesehatannya, tetapi juga kehilangan tempat bermain yang layak.
“Teman-teman saya sering sakit. Kalau main di dekat sungai, kadang tertusuk jarum suntik atau pecahan botol,” kata Andi (10 tahun), salah seorang anak yang tinggal di daerah tersebut.
Harapan yang Masih Tersisa
Warga berharap pemerintah segera mengambil tindakan tegas sebelum kondisi semakin parah. Mereka meminta solusi jangka panjang, bukan sekadar pembersihan sesaat.
“Kami tidak ingin terus hidup seperti ini. Sungai ini dulu indah, airnya bisa untuk mandi dan mencuci. Sekarang? Kami hanya ingin anak-anak kami tumbuh sehat tanpa takut banjir dan penyakit,” harap Ibu Siti.